Sabtu, 09 Oktober 2010

skripsi bab III

23

BAB I11

NILAI –NILAI PENDIDIKAN DALAM SURAH LUQMAN

A. Kedudukan Surah Luqman Ayat 1 - 34 Dalam Al Quran

Surah Luqman (Arab: ﻠﻗﻣﺎﻦ" adalah surah ke 31 dalam Al Qur an terdiri dari atas 34 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Surah ini diturunkan setelah surah As-Saffat.[1] Surah Luqman adalah surah yang turun sebelum Nabi Muhammad SWT berhijrah ke Madinah.[2] Nama Luqman diabadikan sebagai nama salah satu surah dalam Al Quran.[3] Penamaan surah ini dengan surah Luqman sangat wajar, karena nama dan nasihat beliau sangat menyentuh.[4] Dan memuat nasihat Luqman kepada putranya nasihat itu yang tertuang dalam ayat 13-19.[5]

Penamaan surah Luqman diambil dari kisah tentang Luqman yang diceritakan dalam surah ini tentang bagaimana ia mendidik anaknya.[6] Isinya banyak menekankan pada masalah-masalah akidah dan dasar keimanan, seperti keesaan, kenabian, hari kebangkitan dan tempat kembali serta perintah untuk berdakwa dengan kata-kata yang bijak.[7] Surah Luqman termasuk di dalam kumpulan surah-surah Makkiyyah kecuali ayat 27, 28 dan 29 ayat Madaniyyah. Manakala ayat 34 turun selepas surah al-Saffa.

1. Asbabun Nuzul Surah Luqman

Surah ini diturunkan disebabkan bani Quraish senantiasa menanyakan kepada Rasulullah SAW tentang kisah Luqman bersama anaknya dan tentang berbuat baik kepada kedua ibu bapak. Ayat 13-19 menceritakan secara khusus tentang pendidikan, intisati kandungan ayat tersebut seperti berikut :

a. Ayat 12 menjelaskan tentang peribadi Luqman

b. Ayat 13 menceritakan cara Luqman memberi pendidikan kepada anak-anak tentang bahaya syirik. Beliau berkata : Hai anakku, Janganlah kamu mempersekutukan Allah SWT, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.

c. Ayat 14 memerintahkan setiap orang anak mesti berbuat baik kepada kedua orang tua.

d. Ayat 15 menjelaskan dengan lebih lanjut tentang ketaatan kepada orang tua yang harus dilandaskan oleh ketaatan kepada Allah SWT dan kewajiban mengikuti jalan orang-orang yang senantiasa bertaubat kepada Allah SWT

e. Ayat 16 Luqman mengingatkan kepada anak-anaknya bahwa Allah SWT akan membalas semua perbuatan manusia.

f. Ayat 17 Luqman menyuruh anak-anaknya menegakkan solat, mengerjakan amal ma`ruf nahi mungkar dan bersabar di atas segala musibah yang menimpa diri.

g. Ayat 18 Luqman memperingati anak-anaknya supaya tidak bersikap angkuh dan sombong iaitu memalingkan muka dari manusia karena sombong dan janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh.

h. Ayat 19 bersikap pertengahan atau sederhana dalam segala hal dan berakhlak yang baik seperti sederhana dalam berjalan dan lunakkanlah suara.[8]

B. Apa Konsep Pendidikan Dalam Islam Menurut Surah Luqman

Sebagaimana kita ketahui pendidikan merupakan suatu yang sangat penting bagi manusia. Dan Islam menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang esensial dalam kehidupan umat manusia.[9] Bila melihat dalam Al Quran banyak ide atau gagasan kegiatan atau usaha pendidikan, antara lain dapat dilihat dalam surah Luqman ayat 12-19, Al Alaq ayat 1-5 dan sebagainya.[10] Dalam Al Quran surah Luqman tidak menjelaskan banyak tentang kehidupan Luqman hanya menjelaskan tentang wasiatnya kepada putranya.[11]

Adapun pokok-pokok pendidikan dalam surah Luqman ayat 12-19 , dalam garis besarnya terdiri dari lima aspek yaitu pendidikan Aqidah, pendidikan berbakti ( ubudiyah), pendidikan kemasyarakatan ( sosial ), pendidikan mental dan pendidikan akhlak ( budi pekerti ).[12] Isi nasihat itu adalah pesan-pesan pendidikan yang seharusnya dicontoh oleh setiap orang tua muslim yang memikul tanggung jawab pendidikan terhadap anak.[13] Ini adalah sebagai isyarat dari Allah SWT supaya setiap ibu dan bapak dapat melaksanakan pula terhadap anak-anak mereka sebagaimana yang telah dilakukan oleh Luqman.[14] Dan pada ayat 13 sampai 19 terdapat nasihat-nasihat Luqman kepada anaknya[15] yang sarat dengan nilai-nilai sebagai konsep pendidikan agama yang harus diterapkan oleh orang tua kepada anak-anaknya.

Sebagaimana Allah SWT telah menjadikan Luqman dan anaknya sebagai contoh proses pendidikan agama dari orang tua kepada anaknya dan contoh tersebut dikemukakan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada segenap umatnya.[16]

1. Pendidikan Aqidah

øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ ﴿ ﻠﻘﻤﺎﻦ:١٣-١٤﴾

Artinya : Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah SWT, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah SWT) adalah benar-benar kezaliman yang besar".13-14)[17]

a. Pengertian Pendidikan Aqidah

Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan, sedangkan pengertian aqidah dalan agama maksudnya berkaitan dengan keyakinan, bukan perbuatan seperti aqidah dengan adanya Allah SWT dan diutusnya para rasul,[18] Pendidikan aqidah terdiri dari pengesaan Allah SWT, tidak menyekutukan-Nya, dan mensyukuri segala nikmat-Nya. Larangan menyekutukan Allah SWT termuat dalam ayat 13 surat Luqman tersebut.[19]

Kewajiban orang tua muslim adalah memelihara akidah mereka, jangan sampai dikotori oleh kepercayaan atau keyakinan yang salah.” Janganlah menyekutuhkan Allah SWT ” Janganlah mengangkat Tuhan selain Allah SWT.[20] Karena syirik adalah menyembah selain Allah SWT, padahal tidak ada sesuatu pun yang boleh disembah selain Allah SWT.[21]

Al Quran mengilustrasikan pendidikan keimanan dalam keluarga itu melalui kisah Luqman ketika mengajari anaknya, Luqman tokoh sufistik yang memproritaskan pendidikan tauhid kepada anaknya.[22]

Ajaran tauhid yang dalam surah Luqman adalahﻻﺗﺸﺭﻚ ﺒﺎ ﷲ setelah itu kemudian diikuti dengan pengajaran-pengajaran yang lain seperti akhlak yang dapat dipahami dari firman Allah SWT dalam QS Luqman 18-19. [23]

wur öÏiè|Áè? š£s{ Ĩ$¨Z=Ï9 Ÿwur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä ¨@ä. 5A$tFøƒèC 9qãsù ÇÊÑÈ ôÅÁø%$#ur Îû šÍô±tB ôÙàÒøî$#ur `ÏB y7Ï?öq|¹ 4 ¨bÎ) ts3Rr& ÏNºuqô¹F{$# ßNöq|Ás9 ÎŽÏJptø:$# ÇÊÒÈ﴿ﻠﻘﻤﺎﻦ ١٧-١٩ ﴾

Artinya : Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.( Q.S Luqman; 18-19) [24]

Pendidikan Aqidah ini bertujuan untuk liberasi (membebaskan) manusia dari ketergantungan kepada selain Allah SWT.[25] Setelah itu, baru orang tua dituntut untuk menstransformasikan pendidikan akhlak kepada anak-anaknya[26]. Menurut penjelasan al Qurtubi larangan berbuat syirik ini sekaligus diikuti dengan alasannya, yaitu syirik termasuk dosa yang amat besar.

Larangan ini dikuatkan melalui dua pernyataan, pertama dimulai dengan melarang untuk syirik itu sendiri. Kedua, menjelaskan bahaya syirik termasuk dosa besar. Karena zalim menurut al Maraghi karena menempatkan sesuatu tidak proporsional (yaitu menyetarakan sesuatu dengan Allah SWT )

Bertolak pada uraian di atas, maka jelas akan bahwa permasalahan tauhid yang diprofilkan melalui pesan Luqman kepada anaknya, dan sekaligus memerintahkannya. Pesan mulia orang tua kepada anak ini terjadi karena sikap tulus orang tua yang bijaksana terhadap nasib masa depan anaknya. Inilah pesan secara emosional yang sangat menonjol sehingga perlu dilakukan.[27]

Persoalan jangan menyerikatkan Allah SWT ( Syirik) itu, yang dalam ajaran Islam masuk dalam bidang tauhid, aqidah, adalah merupakan landasan pokok dalam kehidupan manusia. Tidak heran apabila soal itu diletakkan pada nomor satu dalam urutan rangkaian nasihat itu. Syirik adalah penyakit berat dan sangat berbahaya.”[28] Syirik disebut kezhaliman yang besar karena seorang meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, [29] Seseorang tidak pantas melakukan ibadah kepada selain Allah SWT Dia harus menyerahkan dirinya dan semua perbuatannya hanya untuk Allah SWT. Seseorang harus hati-hati dari sifat riya’ dalam amalnya.

Ibnu Rajab berkata :

“riya’ murni hampir tidak terjadi pada seorang mukmin dalam salat dan puasa. Akan tetapi riya’ terkadang terjadi pada shadaqah wajib, haji, dan perbuatan-perbuatan yang tampak. Ikhlas dalam perbuatan perbuatan yang sangat berat. Perbuatan riya’ akan menghancurkan pahala amal dan pelakunya berhak mendapat murka dan siksa Allah SWT .”[30]

Setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia tidak karena Allah SWT semata maka termasuk dari syirik dan akan dikembalikan kepada pelakunya. Seorang mukmin tidak akan berpaling kecuali kepada Allah SWT semata-mata. Orang mukmin tidak boleh mengharap keberkahan dari kuburan, meminyaki makam para wali, dan berdoa pada mereka selain Allah SWT. Orang mukmin tidak boleh menyembelih selain karena Allah SWT. Dia tidak boleh berbuat apapun yang tampak maupun yang tidak, kecuali hanya untuk Allah SWT.

Ikhlas untuk Allah SWT adalah ruh segala ketaatan, kunci agar segala kebaikan diterima di sisi-Nya serta pintu bagi pertolongan dan taufiq Tuhan semesta alam. Sesuai dengan kadar niat, keikhlasan dan kesungguhan terhadap Allah SWT dan dalam mengingatkan berbagai kebaikan, sesuai kadar itu pula pertolongan Allah SWT datang kepada seorang hambanya yang beriman[31].

Arti ikhlas dalam soal tauhid ialah membersihkan diri dari segala rupa syirik dalam hal menyembah Allah SWT. Tempat ikhlas itu ialah di dalam hati. Maka perkataan berikhlas dalam pembicaraan tauhid adalah ringkas dan pendek, tetapi kandungannya adalah luas dan dalam[32]. Pendidikan keimanan dalam perspektif Islam mestinya menjadi pendidikan prioritas diutamakan dalam keluarga, Kenapa demikian? Pendidikan Islam bertujuan untuk menjadikan manusia sebagai abid-Nya yang beriman dan bertakwa kepada-Nya. Rukun iman dalam perspektif Islam juga terkait bagaimana manusia mesti menghambakan dirinya kepada Allah SWT. Oleh karena itu, Pendidikan yang utama dalam keluarga adalah bagaimana orang tua memperkenalkan Tuhan, Aqidah Islamiah kepada anaknya.

2. Pendidikan Berbakti ( Ubudiyah )

a. Birrul walidain

$uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒyÏ9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çmBé& $·Z÷dur 4n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur Îû Èû÷ütB%tæ Èbr& öà6ô©$# Í< y7÷ƒyÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) çŽÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ bÎ)ur š#yyg»y_ #n?tã br& šÍô±è@ Î1 $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ Ÿxsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur Ÿ@Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ ¢Óo_ç6»tƒ !$pk¨XÎ) bÎ) à7s? tA$s)÷WÏB 7p¬6ym ô`ÏiB 5AyŠöyz `ä3tFsù Îû >ot÷|¹ ÷rr& Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÷rr& Îû ÇÚöF{$# ÏNù'tƒ $pkÍ5 ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ì#ÏÜs9 ׎Î7yz ÇÊÏÈ ﴿ ﻠﻘﻤﺎﻦ : ١٤־١٦

Artinya: Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu - bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan. ( Q.S . Luqman : 14-16 )[33]

Salah satu ajaran Islam yang termasuk dalam bidang kebaktian dan akhlak, yang diperintahkan kepada manusia melaksanakannya, ialah berbuat baik dengan ibu dan bapak, birrul walidain, kewajiban itu dirangkaikan dan disenafaskan dengan perintah menyembah Allah SWT dan diletakkan tempatnya pada nomor dua sesudah berbakti (ta’abbudi ) kepada Allah SWT pencipta alam semesta ini.[34] Wasiat bagi anak untuk berbakti kepada kedua orangtuanya muncul berulang-ulang dalam wasiat Rasulullah. Namun, wasiat buat orang tua tentang anaknya sangat sedikit.[35]

Dalam konteks surah Luqman ayat 14, Allah SWT menghendaki agar sang anak berbakti kepada kedua orang tua mereka dan bersifat lemah lembut kepada keduanya, itu pun masih jauh dari cukup bila dibandingkan dengan kepayahan dan kelelahan orang tua dalam mengandung, membesarkan dan mendidik sang anak hingga beranjak dewasa. Apakah kandungan ayat di atas merupakan nasihat Luqman secara langsung atau tidak?. Yang jelas ayat di atas menyatakan : Dan kami wasiatkan, yakni berpesan dengan amat kokoh kepada semua manusia.[36]

Semua manusia yang hidup di dunia ini berhutang budi kepada orang tua. Dan kami perintahkan kepada manusia ( berbuat baik) kepada ke dua orang tua ibu bapak.[37] Oleh karena itu anak berkewajiban menghormati dan menjalin hubungan baik dengan ibu dan bapak.[38]

b. Mendirikan Salat

Firman Allah SWT

﴿ﻠﻘﻤﺎﻦ:١٧ ﴾ ….Éo4qn=¢Á9$#OÏ%r& n ¢Óo_ç6»tƒ

Artinya : Hai anakku dirikan Salat... ( Q. S Luqman : 17 ) [39]

1) Makna Salat

Salat secara bahasa adalah ad-dua ( doa ). Secara syar’i salat adalah perkataan dan perbuatan tertentu yang diawali dengan takbir dan diakhiri salam.[40] Banyak sisi pendidikan dari ayat di atas, yakni kerjakanlah salat dengan sempurna sesuai dengan cara yang diridhai.[41] Tunaikan sembahyang dengan cara yang bisa mendapatkan ridha Allah SWT. Sembahyang yang diridhai oleh Allah SWT akan mampu mencegah kita melakukan perbuatan keji dan mungkar.[42] Sementara itu dalam Tafsir Muqatil bin Sulaiman mengartikan ayat di atas dengan dimensi bittauhid[43] menurut pemahaman penulis dengan tauhid.

Sesungguhnya, semua syariat langit menetapkan kewajiban shalat sejak awal mula rasul dan nabi.[44] Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap masalah salat dan memerintahkannya agar pemeluknya sungguh-sungguh mendirikannya. Sebaliknya Islam memberikan peringatan keras kepada mereka yang meninggalkan salat.[45]

Ruang lingkup syari’ah meliputi interaksi vertikal seorang hamba dengan Allah SWT yang direalisasikan melalui ibadah, dan interaksi horizontal yang dilakukan dengan sesama manusia (muamalah). Dalam hal ibadah ini Luqman mengajarkan salat kepada anaknya, lalu diperintahkan untuk membiasakan sikap baik terhadap keluarga terdekat.[46]

Dari uraian ini dapat dipahamkan, bahwa setelah seseorang anak mempunyai landasan yang kuat dalam kehidupan, maka Rasulullah mewajibkan kepada orang tua untuk menyuruh anaknya mengerjakan salat apabila anak mereka sudah besar, sebab salat mendekatkan diri (taqarrub ) kepada Tuhan pun dia dapat mencegah orang untuk melakukan sebuah kejahatan.[47]

Hal ini dipertegas dalam hadits, menyatakan

ﻋﻦ ﺴﺒﺭﺓ ﺑﻦ ﻣﻌﺒﺪ ﺍﻠﺠﻬﻨﻲ ﻘﺎﻞ: ﻘﺎﻞ ﻧﺒﻰ ﺹﻢ : ﻤﺮﻭﺍﻟﺼﺒﻰ ﺒﺎﻠﺼﻼﺓ ﺍﺬﺍ ﺒﻠﻎ ﺴﺑﻊ ﺴﻨﻴﻦ ﻮﺍﺫ ﺍﺒﻠﻎ ﻋﺷﺭ ﺳﻧﻴﻦ ﻔﺍﺿﺮﺒﻮﻩ ﻋﻠﻴﻬﺎ

﴿ ﺮﻮﺍﻩ ﺍﺒﻮ ﺪﺍﻭ ﺪ ﺍﻠﺣﺪ ﻳﺚ ׃ ٤٩٤ ﴾ [48]

Artinya : Dari Sabrah bin Ma`had Al Juhani RA dia berkata : Berkata nabi Muhammad SAW ” Perintahkanlah anak-anakmu untuk mengerjakan shalat apabila telah berumur 7 tahun, dan apabila telah berumur 10 tahun, maka pukullah dia karena meninggalkannya” ( HR Abu Daud no 494 ).[49]

Mengapa kita dituntut untuk memerintahkan anak yang masih kecil untuk melakukan shalat?. Maksudnya, agar anak itu terbiasa, sehingga ketika kelak sudah baligh, shalat itu menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan.[50]

Usaha untuk membina dan membimbing rumah tangga haruslah ditingkatkan hubungan secara kontinu antara suami dengan istri serta. Umpama selalu makan bersama, salat berjamaah di rumah, saling duduk bersama sambil relex dan minum-minum teh. Di mana banyak kesempatan terbuka untuk memberikan bimbingan dan pengarahan secara tidak berlangsung tapi, kalau antara suami dan istri. Anak dengan istri, suami dengan anak, jarang-jarang bertemu di rumah sebab masing-masing sibuk sendiri-sendiri, maka tidaklah diherankan kalau terjadi : satu ngidul satu ngulon, satu ke timur, satu ke barat, akhirnya terpaksa….gigit jari.[51]

3. Pendidikan Kemasyarakatan ( Sosial )

öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# Í ÇÊÐÈ ﴿ﻠﻘﻤﺎﻦ:١٧ ﴾

Artinya : Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar ( Luqman : 17 ) [52]

Allah SWT memerintahkan manusia agar taat dan mengikuti perintah-Nya dan melarang mereka untuk durhaka, melakukan kemaksiatan, atau melakukan hal-hal yang dilarang dan diharamkan-Nya. [53]

a. Pengertian Pendidikan Kemasyarakatan

Yang dimaksud dengan pendidikan sosial adalah mendidik anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan perilaku sosial yang utama, dasarnya kejiwaan yang mulia yang bersumber pada akidah islamiah yang kekal dengan kesadaran iman yang mendalam. Agar di tengah masyarakat nanti ia mampu bergaul dan berperilaku sosial baik, memiliki keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana.[54]

Di antara dasar sosial terpenting dalam membentuk perangai dan mendidik kehidupan sosial anak, adalah membiasakan anak sejak kecil untuk melakukan pengawasan dan kritik sosial yang dapat membangun pergaulan dengan setiap individu, meneladani atau memberi teladan yang baik, memberi nasihat kepada setiap individu yang tampaknya menyimpang dan menyeleweng.[55]

Seorang muslim dimintakan supaya turut membangun masyarakat dan dilarang memperbuat kerusakan-kerusakan. Seandainya seorang tidak mampu memperbuat kebajikan, atau tidak bisa turut membangun atau menjauhkan kejahatan, maka paling kurang dimintakan dari padanya jangan turut memperluas dan menyebarluaskan kejahatan, apalagi mempeloporinya.

Islam mewajibkan kepada setiap muslim dan muslimah untuk melakukan amar maruf, nahi mungkar, yaitu mengajak semua manusia mengerjakan kebaikan dan mencegah mengerjakan kejahatan. Islam juga sudah mengatur tentang tata cara melakukan nahi mungkar itu. Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Sa`id al Khudry Rasulullah bersabda:

ﻋﻦ ﺃﺒﻰ ﺴﻌﻳﺪ ﺍﻟﺨﺪﺮﻯ ﺮﻀﻰ ﺍﷲ ﻋﻧﻪ ﻘﺎﻞ ﺴﻤﻌﺕ ﺭﺴﻮﻞ ﺍﷲ ﺹ ﻴﻗﻮﻞ : ﻤﻦ ﺭﺃﻯ ﻤﻨﻜﻢ ﻤﻨﻜﺭﺍ ﻓﻠﻳﻐﻴﺭﻩ ﺑﻴﺪﻩ ﻔﺈﻥ ﻟﻡ ﻴﺴﺗﻄ ﻔﺒﻟﺴﺎﻨﻪ ﻔﺎﺀﻦ ﻟﻡ ﻳﺴﺗﻃ ﻔﺒﻘﻟﺑﻪ ﻮﺫﻟﻚ ﺃﻀﻌﻒ ﺍﻹﻴﻤﺎﻦ ﴿ ﺮﻮﺍﻩ ﻤﺴﻠﻢ ﺍﻠﺣﺪ ﻳﺚ ׃ ٤٩ ﴾ [56]

Artinya : Dari Abi Said Al Khudri r.a. telah berkata; Aku telah mendengar Rasulullah saw bersada: “Barangsiapa diantaramu melihat kemungkaran hendaklah ia mengubahnya ( mencegah ) dengan tangannya ( kekuasaan) jika ia tidak sanggup, maka dengan lidahnya (nasihat ), jika tidak sanggup juga, maka dengan hatinya ( merasa tidak senang dan tidak setuju, tinggalkan ! ) dan itu adalah selemah lemahnya iman “ ( Diriwayatkan oleh Imam Muslim no 49 ) [57]

Sementara itu menurut imam Al Ghazali

“ Amar ma`ruf nahi mungkar itu adalah suatu perkara yang sangat penting dalam agama, dan Allah SWT memang telah mengutus para nabi sebagai utusannya untuk amar ma`ruf nahi mungkar itu supaya umat manusia itu tidak melakukan kemaksiatan atau kemungkaran ( di dunia ini) “.[58]

Amar ma’ruf-menurut al-Maraghi terkait dengan perintah kepada masyarakat untuk melakukan kebaikan secara optimal, sebagai kunci menuju kesuksesan hidup. Sedangkan nahi munkar yakni larangan kepada masyarakat berbuat maksiat terhadap Allah SWT yang menyebabkan bencana kehidupan dan siksa yang amat pedih di neraka.[59] Oleh karena itu, sebagai mukmin kita wajib melaksanakan amar ma`ruf dan nahi mungkar sebagai bukti ketaatan dan kecintaan kepada Allah SWT, yaitu melaksanakan amal saleh dan membendung diri dari tingkah laku tercela.

Dalam hadits tersebut juga dijelaskan tiga cara mencegah kejahatan itu. Pertama, dirobah dengan tangan. Kedua, dirobah dengan lisan Umpamanya dengan memberikan nasihat, memberikan peringatan dan lain-lain sebagainya. Ketiga dirobah dengan hati. Artinya, dalam hati tetap berontak.

Mengubah di sini maksudnya membasmi kemungkaran itu dengan kekerasan kekuatan tangan atau lidah, atau kalau dikhawatirkan akan lebih besar bahayanya, maka cukup membenci dalam hati.[60] Para ulama berbeda pendapat dalam tentang pelaksanaan hadist ini. Ada yang berpendapat bahwa mengubah dengan tangan hanya bagi pengusaha atau orang yang memiliki kekuasaan. Mengubah dengan lisan adalah peran para ulama yang memahami agama dan dapat memberikan penjelasan kepada lainnya dengan dalil. Mengubah dengan hati diperuntukkan bagi seluruh manusia dan anggota masyarakat, sehingga mereka tidak ikut melakukan kemungkaran.[61]

4. Pendidikan Mental

Salah satu kewajiban utama dan pertama dari orang tua adalah membina mental, rohani dan ketakwaan anaknya, agar mereka tumbuh, berkembang dan hidup sebagai insan yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT Yang Menciptakan.[62]

a. Definisi Sabar

Sabar berarti Al-Habsu ( mencegah, menghalangi, memenjarahkan). Sabar juga bisa bermakna al jara’ah atau keberanian [63] Sabar adalah menahan diri dari sesuatu yang tidak berkenan di hati. Ia juga berarti ketabahan. Imam Ghazali sendiri dalam M. Quraisy Shihab mendefinisikan sabar sebagai ketetapan hati dalam melaksanakan tuntunan agama menghadapi rayuan nafsu.[64]

Hakikat sabar adalah kuatnya dorongan agama dalam menghadapi dorongan hawa nafsu.[65] Dari makna menahan, lahir makna konsisten / bertahan, karena yang bersabar bertahan diri pada suatu sikap. Seseorang yang menahan gejolak hatinya, dinamai bersabar{.66}Mengenai pembentukan pendidikan mental, disebutkan dalam Al Quran surah Luqman ayat 17 yang berbunyi

÷ŽÉ9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ﴿ ﻠﻘﻤﺎﻦ: ١٧﴾

Artinya: Dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah SWT).[67]

Artinya, hendaknya manusia bersabar terhadap cobaan dan rasa berat dalam melaksanakan apa yang diperintahkan khususnya dalam mendirikan shalat dan amar ma’ruf dan nahi mungkar. [68]

Sikap sabar dan teguh hati mengarungi gelombang hidup, terutama menghadapi musim pancaroba, adalah satu sikap mental yang diperlukan untuk mencapai sukses dan kemenangan dalam setiap usaha dan perjuangan. Keteguhan hati dapat membentuk kemauan yang keras, membajakan cita-cita, mengalirkan aktivitas dan dinamika, menghilangkan semangat lesu dan pasifisme dan lain-lain sebagainya.

Menurut filsafat Islam sikap sabar ada lima macam, yaitu :

1) Sabar dalam beribadah (Ashsbru fil ibadah), ialah tekun mengendalikan diri melaksanakan syarat-syarat dan tata tertib ibadah.

2) Sabar ditimpa malapetaka atau musibah (Ashshabru indal mushibah), ialah teguh hati ketika mendapat musibah (cobaan ujian) baik yang berbentuk kemiskinan, kematian, kecelakaan, kejatuhan, diserang penyakit dan sebagainya.

3) Sabar terhadap kehidupan dunia (Ashshabru anid-dunya) ialah sabar terhadap tipu daya dunia, jangan sampai hati terpaut kepada kenikmatan hidup di dunia ini, jangan dijadikan tujuan, tetapi hanya sebagai alat untuk mempersiapkan diri mengahadapai kehidupan yang kekal.

4) Sabar terhadap ma’siat (Ashshabru anil ma’shiah) ialah mengendalikan diri supaya tidak berlaku ma’siat.

5) Sabar dalam perjuangan (Ashshabru fil jihad), ialah menyadari sepenuhnya bahwa setiap perjuangan mengalami masa naik dan turun, masa menang dan kalah.[69]

5. Pendidikan Akhlak .

Ÿwur öÏiè|Áè? š£s{ Ĩ$¨Z=Ï9 Ÿwur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä ¨@ä. 5A$tFøƒèC 9qãsù ÇÊÑÈ ôÅÁø%$#ur Îû šÍô±tB ôÙàÒøî$#ur `ÏB y7Ï?öq|¹ 4 ¨bÎ) ts3Rr& ÏNºuqô¹F{$# ßNöq|Ás9 ÎŽÏJptø:$# ÇÊÒÈ ﴿ ﻠﻘﻤﺎﻦ: ١٨-١٩﴾

Artinya : Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.( Luqman 18-19 ) [70]

Ayat ini berkaitan dengan akhlak dan sopan santun berinteraksi dengan sesama manusia. Materi pelajaran akidah, diselingi dengan materi pelajaran akhlak, bukan saja agar peserta didik tidak jenuh dengan materi, tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa ajaran akidah dan akhlak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.[71] Pada rangkaian ayat-ayat ini disuruh supaya ibu dan bapak mendidik anak menjadi orang yang rendah hati, jangan sombong, over-acting, dalam segala hal bersikap sederhana, lemah lembut dalam pergaulan, jangan mengeluarkan ucapan-ucapan yang kasar.[72]

Mendidik anak dengan baik dan benar dan mengajarinya budi pekerti yang luhur merupakan tugas dan tanggung jawab yang berada di puncak ayah dan ibu. Di lain pihak, adalah hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang benar tersebut. Anak sangat memerlukan perhatian dan pengawasan ketat dari orangtuanya. Karena itu, orang tua harus meluangkan waktu dan tenaga yang lebih besar.[72]

Akhlak adalah bentuk kata jamak dari kata khuluq. Kata khuluq mengandung arti “ budi Pekerti ” Budi pekerti itu sendiri diartikan sebagai akal, alat bantu untuk menimbang baik buruk. Kata ini juga diartikan tabiat, watak, perangai dan sebagainya.

Kata akhlak dalam bahasa Arab mengandung segi persamaan makna dengan kata khalik dan makhluk.[74] Akhlak dalam ajaran Islam tidak dapat disamakan dengan etika. Jika etika dibatasi pada sopan santun antara sesama manusia serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah.[75]

Sementara itu Kart Bart melihat terminologi akhlak sama dengan moral dan etika. Bart menyatakan sebagai berikut :

“ Etika ( dari etos ) adalah sebanding dengan moral (dari mos ) adalah sebanding dengan moral. Keduanya mengandung makna kefilsafatan karena mengandung adat kebiasaan ( sitten ). Kata sitten ini berasal dari bahasa Jerman kuno sittu yang menunjukkan arti Modda (modde) tingkah laku manusia, suatu konstruktansi (constancy, kelumintuan ) tingkah laku manusia. Karena itu etika dan moral adalah filsafat atau disiplin ilmu tentang moda-moda tingkah laku manusia atau konstansi-konstansi tindakan manusia. [76]

Mempelajari etika bertujuan untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang lingkup dan waktu tertentu.[77] Akhlak dalam kehidupan manusia dapat diumpamakan laksana kembang dalam taman. Suatu taman walau bagaimanapun luas, lengkap, dan tetapi tidak ada bunga-bunga yang tumbuh di dalamnya taman itu kelihatan tidak semarak.

Analogi dengan itu, maka seseorang yang cantik, ganteng, pintar, kaya, dan berpuluh-puluh kelebihan lainnya, tetapi jika tidak mempunyai akhlak yang baik maka kelebihan-kelebihan tersebut tidak bernilai. Baik dalam Al Qur’an maupun dalam hadits dijumpai berpuluh-puluh ketentuan yang merupakan adab yang harus diterapkan dalam pergaulan. Ada yang bersifat perintah ada pula yang berbentuk larangan. Setiap ketentuan yang bersifat larangan itu mengandung unsur-unsur yang dapat menciptakan harmonis dalam antar hubungan itu.[78]

Oleh karena itu, Islam memuji akhlak yang baik, menyerukan kaum muslimin membinanya, mengembangkannya di hati mereka. Islam menegaskan bahwa bukti keimanan ialah jiwa yang baik, dan bukti keislaman ialah akhlak yang baik.[79]

Rasulullah saw bersabda :

عَنْ النَّوَّاسِ بْنِ سِمْعَانَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ فَقَالَ الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ ... ﴿ﺮﻭﺍﻩ ﻤﺴﻠﻢ ﺍﻠﺣﺪ ﻳﺚ ׃ ٢١٨٣ ﴾ [80]

Artinya : Dari Nawwas bin Sam`an Al Anshari r.a. katanya : Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw tentang arti kebaikan dan dosa. Sabda beliau, “ Kebaikan ialah akhlak yang baik(H.R. Muslim no 2183 ).[81]

Pendidikan akhlak tidak dapat dipahami secara terbatas hanya pada pengajaran agama, karena perihal akhlak tidak cukup diukur hanya dari seberapa jauh anak itu menguasai hal-hal yang bersifat kognitif atau pengetahuan tentang akhlak atau ajaran agama atau ritus-ritus keagaman semata. Justru yang lebih penting seberapa jauh tertanam nilai–nilai itu terwujud nyata dalam tingkah lakunya sehari-hari, perwujudan nyata nilai-nilai tersebut dalam tingkah laku sehari-hari melahirkan budi pekerti luhur atau akhlaqul karimah (Moralitas yang terpuji) [82]

C. Dimensi Konsep Pendidikan Mendidik Anak Menurut Surah Luqman Ayat 13 -19

Dan pada ayat 13 sampai 19 terdapat nasihat-nasihat Luqman kepada anaknya[83] yang sarat dengan nilai-nilai sebagai konsep pendidikan agama yang harus diterapkan oleh orang tua kepada anak-anaknya.[84] Dari referensi ini terlihat bahwa seluruh dimensi yang dikandung dalam Al Quran memiliki misi dan implikasi kependidikan yang bergaya impratif, motivatif dan persuatif dimanis sebagai suatu sistem pendidikan yang utuh dan demokrasi lewat proses manusiawi. [85]

  1. Dimensi Pendidikan Aqidah

øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ ﴿ﻠﻘﻤﺎﻦ١٣﴾

Arti : "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah SWT, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". ( Q. S Luqman : 13 )[86]

Sesungguhnya nasihat seperti ini tidak menggurui dan tidak mengandung tuduhan. Karena orang tua tidak menginginkan melainkan kebaikan, dan orang tua hanyalah sebagai nasihat bagi anaknya. [87] Nasihat seorang ayah kepada anaknya bebas dari segala syubhat dan jauh dari segala sangka. Sesunggunya perkara tauhid dan larangan berbuat syirik merupakan perkara lama yang selalu diserukan oleh orang-orang yang dianugrahkan hikmah oleh Allah SWT di antara manusia.[88]

Dalam potongan ayat di atas (ya bunayya la tusyrik billah), dapat dipahami bahwa sebagai orang tua, ajaran yang paling dasar dan mesti ditanamkan pada seorang anak adalah ajaran ketauhidan. Dengan kata lain, orang tua punya kewajiban untuk membimbing, mendidik dan mengantarkan anaknya untuk senantiasa bertauhid kepada Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya.[89]

Pendidikan aqidah merupakan landasan pertama dalam pembentukan karakteristik dan moral anak. Kewajiban orang tua muslim adalah memelihara akidah mereka, jangan sampai dikotori oleh kepercayaan atau keyakinan yang salah.” Janganlah menyekutuhkan Allah SWT ” Janganlah mengangkat Tuhan selain Allah SWT.[90]

Dengan pendidikan tauhid, anak-anak akan mempunyai pegangan tidak akan kehilangan kompas dalam keadaan situasi yang bagaimanapu baik, di waktu lapang maupun di waktu sempit. Sebab mereka percaya sepenuhnya, bahwa segala sesuatu yang ditemui dalam kehidupan ini, datangnya dari yang maha kuasa dan akan kembali kepada-Nya pula

  1. Dimensi Pendidikan berbakti ( Ubudiah )

Dimensi Pendidikan ibadah mencakup segala tindakan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang berhubungan dengan Allah SWT seperti shalat, maupun dengan sesama manusia.[91] Termasuk akhlak yang diperintahkan kepada ibu dan bapak, ( birrul walidain ).[92] Hubungan kepada Allah SWT dalam bentuk shalat ini dinyatakan oleh ayat 17 surat Luqman. Pada ayat ini Allah SWT mengabadikan empat bentuk nasihat untuk penetapan jiwa anaknya, yaitu :

a. Dirikanlah shalat;

b. Menyuruh berbuat yang baik (makruf);

c. Mencegah berbuat mungkar, dan

d. Bersabar atas segala musibah. Inilah empat modal hidup yang diberikan Luqman kepada anaknya dan diharapkan menjadi modal hidup bagi kita semua yang disampaikan Muhammad SAW kepada umatnya.

Ayat ini mendidik manusia dengan pemantapan jiwa dengan mendirikan shalat, diikuti sebagai pelopor untuk perbuatan makruf, berani menegur yang salah, mencegah yang mungkar, dan bila dalam melakukan itu semua terdapat rintangan, maka diperlukan sifat sabar dan tabah. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk yang diwajibkan oleh Allah SWT.

Dengan demikian ayat ini memberi indikasi bahwa salat sebagai peneguh pribadi, amar makruf nahi mungkar dalam hubungan masyarakat, dan sabar untuk mencapai apa yang dicita-citakan.[93]

  1. Dimensi Pendidikan Kemasyarakatan

Dimensi pendidikan sosial menurut surah Luqman setelah anak dikenalkan konsep akhlak kepada Tuhannya melalui jalan ibadah, dan berbakti kepada kedua orangtuanya, berikutnya diajarkan padanya akhlak dalam konteks kemasyarakatan mencakup etika pergaulan (bertemu), berbicara dan berjalan.[94]

Dalam bahasa yang lain, yaitu membiasakan anak-anak sejak kecil untuk melaksanakan kewajiban amal ma`ruf nahi mungkar.[95] Hendaklah kedua orang tua untuk mendidik anak-anaknya agar membiasakan diri mengerjakan kebaikan baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain atau masyarakat. Agar menjauhi perbuatan yang buruk, yang merugikan diri sendiri atau merusak orang lain. [96]

Juga mengarahkan anak untuk senantiasa berdakwa yaitu melalui amar ma`ruf nahi mungkar. Bersabar dalam berdakwa dan berbuat kebaikan.[97] Mendidik sedemikian rupa sehingga anak-anak betul-betul merasakan sebagai makhluk sosial yang gemar melakukan usaha-usaha yang bersifat sosial.

Ahli-ahli sosiologi mengibaratkan masyarakat laksana suatu rumah tangga. Setiap penghuni rumah tangga berkepentingan supaya tempat tinggalnya itu menyenangkan hatinya, di mana dia dapat menghayati hidup dan kehidupan dengan penuh nikmat. Rumah tangga itu baginya mempunyai fungsi tempat berlindung di waktu panas, tempat berteduh di kala hujan.[98]

Islam mengajarkan bahwa setiap individu mempunyai tanggung jawab terhadap masyarakatnya, tanggung jawab untuk menciptakan kebaikan-kebaikan, yang istilah sekarang dinamakan pembangunan. Dalam Al Quran dipakai perkataan yang umum, yaitu Ishlah. Artinya, mendamaikan, membetulkan.[99]

Tanggung jawab individu untuk membangun masyarakat itu bukan saja turut berusaha menanamkan benih-benih kebaikan, tetapi juga mempunyai tanggung jawab untuk menghilangkan kerusakan dan kebinasaan, bahkan untuk memberantasnya.

  1. Dimensi Pendidikan Mental

a. Dimensinya

Secara umum dimensi pendidikan kesabaran dapat dibagi dalam dua bagian pokok: Pertama, sabar jasmani yaitu kesabaran dalam menerima dan melaksanakan perintah-perintah keagamaan yang melibatkan anggota tubuh, seperti sabar dalam melaksanakan ibadah haji yang mengakibatkan keletihan atau sabar dalam peperangan membela kebenaran.

Termasuk pula dalam kategori ini, sabar dalam menerima cobaan-cobaan yang menimpa jasmani seperti penyakit, penganiayaan dan semacamnya. Kedua sabar rohani menyangkut kemampuan menahan kehendak nafsu yang dapat mengantar kepada kejelekan-kejelekan seperti sabar menahan amarah atau menahan nafsu sexsual yang bukan pada tempatnya.[100]

Adapun yang amat terpuji adalah orang-orang yang sabar yakni tabah, menahan diri, dan berjuang dalam mengatasi kesempitan, yakni kesulitan hidup seperti krisis ekonomi, penderitaan seperti penyakit atau cobaan, dan dalam peperangan, yakni perang sedang berkecamuk. Mereka itulah orang-orang yang benar dalam arti sesuai sikap, ucapan, dan perbuatannya dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

b. Macam-Macam Sabar

Jika kita meneliti makna sabar, maka sabar dibagi menjadi tiga bagian, sabar dalam taat kepad Allah SWT, Sabar dalam meninggalkan maksiat, dan sabar menghadapi ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah.[101] Sabar ialah menahan diri terhadap apa yang dibencinya, atau sesuatu yang dibencinya dengan ridha dan rela[102]. Sikap sabar mencerminkan keimanan[103] dan kedudukan yang utama dalam agama dan merupakan derajat utama bagi orang-orang yang menempuh jalan menuju Allah SWT.[104]

  1. Dimensi Pendidikan Akhlak

Dalam surat Luqman ayat 14-19, terdapat beberapa contoh dimensi pendidikan akhlak yang diajarkan, yaitu

a. Akhlak terhadap orang tua,

b. Akhlak terhadap orang lain

c. Akhlak dalam penampilan diri.

Pendidikan akhlak tidak hanya dikemukakan secara teoritik, melainkan disertai contoh-contoh konkrit untuk dihayati maknanya. [105] Dalam bidang akhlak, dimensi pendidikan yang mula-mula dilakukan adalah dengan memperkenalkan etika baik terhadap kedua orang tua. Prinsip berbakti ini dengan cara melakukan segala yang diperintahnya, dan menjauhi segala larangannya selama dalam batas tidak melanggar syariat Islam.[106]

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dalam M. Quraish Shihab, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Kata akhlak banyak ditemukan di dalam hadits-hadits Nabi SAW, dan salah satunya yang paling populer adalah. [107]

ﻋﻦ ﺍﺑﻰ ﻫﺮﻴﺮﺓ ﻗﺎﻞ : ﻗﺎﻞ ﺮﺴﻮﻞ ﺁﷲ ﺺ : ﺇﻨﻣﺎ ﺑﻌﺛﺕ ﻷ ﺘﻣﻡ ﺼﺎﻠﺢ ﺍﻻﺨﻼﻖ .﴿ ﺍﻹﻤﺎﻡ ﺍﺤﻤﺪ ﺑﻦﺣﻤﺒﻞ ﻓﻰ ﻤﺴﻨﺪﮦ ﺍﻠﺣﺪ ﻳﺚ ׃٨٩٦١

Artinya: Dari Abi Hurairah berkata : Berkata Rasulullah SAW : Aku hanya diutus menyempurnakan akhlak yang mulia ( H.R Imam Ahmad Bin Hambal no 8961) [108]

CATATAN AKHIR BAB III

1) Internet. id.wikipedia.org/wiki/Surah_Luqman - Tembolok - Mirip

2) M. Quraisy Shihab, Tafsir Al Mishbah Vol 11, Jakarta : Lintera Hati, 2002 hlm 107-108

3) Anonim, Ensiklopedi Nasional Indonesia jilid 9, Jakarta: PT Delta Pamungkas, 2004, hlm 450

4) M. Quraisy Shihab, loc.cit. hlm 107-108

5) J V Barus, ( et Al ), Ensiklopedi Islam, Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve 2005, hlm, 123

6) Internet. id.wikipedia.org/wiki/Surah_Luqman - Tembolok - Mirip

7) Muhammad Ali Ash , loc.cit. hlm 372

8) Internet cari-pdf.com/pdf.php?q=asbab+nuzul+surah+lukman - Tembolok

9) Samaun Bakry, op.cit., hlm 1

10) Arifuddin Arif, op.cit., hlm 38

11) M. Ishom El Saha dkk, Sketsa Al Quran. Jakarta : PT Listafariska Putra, 2005 , hlm 386

12) Muhammad Yunan Nasution , Khutbah Jumat 6, Jakarta : Bulan Bintan, 1977, hlm 153

13) Rusli Amin., Rumahku Surgaku ( sukses Membangun Keluarga Islami ) : Jakarta : Al Mawardi , 2003 hlm 79

14) Anonim , 1990, hlm 652

15) Ibid 652

16) nternet, http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss/. loc.cit.

17) Anonim, loc.cit. 1990. hlm 654-655

18) Abdullah bin Abdul Hamid Al Atsari, Intisari Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah, Jakarta Pustaka As-Syafi`I ,2006, hlm 33

19) Internet http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss., loc.cit.

20) Rusli Amin. op. cit., hlm 80

21) Abdullah Al Ghamidi, Namanya Luqman Al Hakim, (Menguak Jati Dirinya, Capaian Hikmahnya, Dan Kemukjizatan Wasiatnya Yang Mengantar Kepada Makam Pendidikan Insan Kamil ), Yogyakarta, Diva Press, 2008, hlm 114-115

22) Samaun Bakri. loc.cit. hlm 115

23) [1] Ibid., hlm 116

24) Anonim ,op. cit. , 1990 hlm 655

25) Miftahul Huda, loc.cit.

26) Samaun Bakry, loc.cit. hlm 116

27) Miftahul Huda, loc.cit.

28) Nashir Ibn Musfir Az Zahrani, Indahnya Ibadah Haji, Jakarta : Qisthi Press, 2004, hlm 78

29) Abdullah Al Ghamidi, loc.cit. hlm 114-115

30) Nashir Ibn Musfir Az Zahrani, loc.cit. hlm 78

31) Aris Munandar, http : // almanhaj.or.id artikel www.muslim.or.id

32) Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Al Islam I ,Semarang : PT Pustaka Rizki Putra, 1998, hlm 162

33) Anonim. 1990. op.cit.,hlm 654-655

34) Muhammad Yunan Nasution, op.cit., hlm 221

35) Sayyid Quthb.. Tafsir Fi Zhilalil Quran di bawah naungan Al Quran jilid 9 (Penerjemah. As`ad Yasin dkk ). Jakarta : Gema Insani. 2005. hlm 174

36) M. Quraisy Shihab, loc. cit., hlm 129

37) Mohsen Qaraati, Seri Tafsir untuk Anak Muda Surah Luqman, Jakarta : Al Huda 2005, hlm 59 Abdullah Al Ghamidi. op.cit., hlm 188

38) M. Quraisy Shihab, op. cit., hlm 132

39) Anonim, op. cit., 1990, .hlm 655

40) Abdullah Al Ghamidi. op.cit., hlm 188

41) Ahmad Mustafa Al Maraghi, op.cit., hlm 158

42) Teungku Muhammad Hasbi Ash- Shiddieqy. op. cit. hlm 3210

43) Imam Abi Muqatil bin Sulaiman, loc.cit. hlm 21

44) Abdullah Al Ghamidi, op.cit., hlm 175

45) Ibid hlm 178

46) Miftahul Huda. Loc.cit.

47) Muhammad Yunan Nasution, loc.cit. hlm 179-180

48) Imam Al Hafidz Abi Daud Sulaiman ibn As Assistani, Sunan Abi Daud juz 1 Bairut : Darul Fikry , 275 H, hlm 197

49) Muhammad Nashiruddin Al Bani. Shahih Sunan Abu Daud. Al Makhtabah : Riyad 2003 hlm 198

50) Abdullah Zaki Al Kaaf, Kumpulan Khutbah Jum`at Pilihan, Bandung : CV Pustaka Setia. 1999, hlm 394

51) Muhammad Yunan Nasotion,loc.cit. hlm 180

52) Anonim. op. cit., 1990, hlm 655

53) Abdullah Al Ghamidi, op.cit., hlm 230

54) Abdullah Nashih Ulwan. ( terj ). Pendidikan Anak dalam Islam jilid 1, Jakarta : Pustaka Amani, 2002, hlm 435

55) Ibid., hlm 607

56) Imam Abi Husain Muslim bin Hajjad Al Quraisy Nasaburi, Sahih Muslim hadits no 49, Bairut : Darul Fikry , 162-202 H hlm 29

57) Aminah Abdullah Dahlan, Hadits Arbain Annawiyah dengan Tarjamah dalam Bahasa Indonesia, Bandung : PT Al Ma`arif penerbit percetakan offset, 1981, hlm 48

58) Labib. MZ, Himpunan Khutbah Jumat Setahun, Surabaya : Penerbit Usaha Jaya, 2005, hlm 116

59) Miftahul Huda, loc.cit.

60) Salim Bahresy, Tarjamah Riadhusshalihin I, Bandung, PT Al Ma`arif, 1983, hlm 198

61) Abduhllah Al Ghamidi. op.cit., hlm216-217

62) Anonim, Majalah Bulanan Khutbah Jumat ( Menyiapkan Generasi Qur`ani) bagian Selamatkan Mereka Dari Api Neraka no 124, Ikatan Masjid Indonesia, 1991, hlm 33

63) Abdullah Al Ghamidi., op. cit., hlm 233-234

64) M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah Volume 1, Jakarta Lintera Hati, 2004, hlm 181

65) Imam Al Ghazali, 40 Prinsif Agama, Bandung :Pustaka Hidayah, 2006, hlm 189

66) M. Quraisy Shihab 2004, op.cit., hlm 137-138

67) Anonin., op.cit., hlm 655

68) Abdullah Al Ghamidi. op.cit., hlm 250

69) M. Ali Usman, Hadits Qudsi, Bandung : CV Diponegoro, 1975, hlm 99

70) Anonim, 1990,op.cit., hlm 656

71) M. Quraisy Shihab, Vol II. op. cit., hlm 138-139

72) Muhammad Yunan Nasution, Khutbah Jumat, Jakarta : Bulan Bintang, 1977, hlm 157

73) Iskandar, op.cit., hlm 41

74) Samaun Bakry, op. cit., hlm 117

75) Anonim, Himpunan Khutbah Jumat Masjid Agung Al- Falah Jambi , 1423 H, hlm 12

76) Sudarsono, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta : PT Rineka Cipta hlm 188

77) ibid hlm 188

78) Muhammad. Yunan Nasution. Khutbah Jum’at Jilid 2, Jakarta : Bulan Bintang, 1973 hlm 155

79) Abu Bakar Jabir Al- Jazairi, Ensiklopedi Muslim Minhajul Muslim, Jakarta : Darul Falah, 2000, hlm 217

80) Annawawi, Shahih Muslim bi syarah Annnawawi juz ke 16 Al Matbaatul Mesiryah wa mattabiha,1924, hlm 110-111

81) Mak`mur Daud, Terjemah Hadits Shahih Muslim, Klang, Slangor : Klang Book Center. 2004, hlm 201

82) Mukhtar dkk. Mengukir Prestasi, Menjadi Guru Propesional, Jakarta : CV Misaka Galiza., 2001, hlm 93

83) Anonim, 1990 , hlm 652

84) Internet, http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss. loc.cit.

85) Arifuddin Arif, loc.cit. hlm 38

86) Anonim. 1990, hlm 654

87) Sayyid Quthb, loc.cit. hlm 174

88) Ibid hlm 174

89) www.darussholah.net/cetak.php?id=162 – loc.cit.

90) Rusli Amin. op. cit., hlm 80

91) Internet : http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss. loc.cit.

92) Muhammad Yunan Nasution,loc.cit. hlm 221

93) Internet http://idb4.wikispaces.com/file/view/ss. loc.cit.

94) Miftahul Huda, loc.cit.

95) Abdullah Nashih Ulwan, loc.cit. hlm 607

96) Muhammad .Yunan Nasution. 1973 op.cit., hlm 241

97) Adnan Hasan Shahih Baharits,) Tanggung Jawab Ayah Terhadap Anak Laki-Laki, Jakarta : Gema Insani Press ( 1996, hlm 80

98) M.Yunan Nasution. loc.cit. hlm 241

99) Muhammad Idris Abdurrauf. Op. cit., 342

100) M. Quraish Shihab, loc.cit. hlm 181

101) Abdullah Al Ghamidi. op.cit., hlm 235

102) Abu Bakr Jabir Al Jazairi, op.cit., hlm 220

103) Imam Al Ghazali, Ringkasan Ihya Ulumuddin, Surabaya : Gita Media Press hlm 313

104) Ibid 315

105) Internet : gurutrenggalek.blogspot.com/2009_12_01_archive.html

106) Miftahul Huda, loc.cit.

107) M. Quraish Shihab, Wawasan Al Quran, Bandung : Mizan, 1994, hlm 253

108) Imam Ahmad bin Hambal, Al Musnab li Imam Ahmad bin Hambal, Darul Fikry,164-241H. hlm 323

Tidak ada komentar:

Posting Komentar